kali ini saya akan mensharing tentang pulau terluar yang ada di negara kita tercinta ini. Pulau yang satu ini termasuk salah satu pulau yang menjadi batas wilayah NKRI dan mempunyai beban yang sangat berat yaitu menjaga kedaulatan negara tercinta yaitu Indonesia.
Selain sebagai menjadi batas wilayah, kepulauan ini juga mempunyai keindahan tersendiri dan masih perlu di kembangkan oleh negara kita. agar taraf kehidupan masyarakat di sana menjadi lebih meningkat.
Pulau Marampit terletak di wilayah Kecamatan
Nanusa Kabupaten Kepulauan Talaud, dengan luas 12 Km². Memiliki 5 desa yaitu :
Marampit, Marampit Timur, Laluhe, Dampulis Utara dan Dampulis Selatan. Titik
Koordinat terluar laut Sulawesi 4® 46’ 18” LU dan 12718’ 32 “ BT.
Tanda perbatasan negara ( TD 057 A dan TR 057), berhadapan dengan jalur ALKI
III (A1) jarak ke Kecamatan Nanusa ( Karatung ) 86 mil, ke Ibu Kota Kabupaten
23 mil, ke Ibu Kota Provinsi 259 mil, dan ke Filipina = 78 mil. Pulau
Marampit masuk dalam Kecamatan Nanusa, dimana Kecamatan Nanusa
memiliki 7 ( tujuh ) pulau yaitu Pulau Marampit, Pulau Karatung, Pulau
Kakoroton, Pulau Malo, Pulau Mangupung, Pulau Intata, dan Pulau Garat .
Berdasarkan data bahwa di antara pulau-pulau tersebut hanya terdapat 3 (tiga)
pulau yang berpenghuni yaitu Pulau Marampit, Pulau Karutung dan Pulau Kakorotan
sedangkan yang lainnya belum berpenghuni. Adapun pulau Marampit memiliki 5 desa
dengan total jumlah penduduk sebesar 1.436 jiwa, antara lain Marampit ( 94 KK
), Marampit Timur ( 87 KK ), Laluhe ( 72 KK),
Dampuli Selatan ( 82 KK ) dan Dampulis ( 91 KK ).
Akses menuju ke Pulau Marampit dapat ditempuh
dengan menggunakan kapal laut yang bertolak dari Pulau Karatung. Saat
ini sudah tersedia layanan angkutan kapal penumpang KM Sangiang yang dilayani
oleh PT. Pelni. Rute yang ditempuh adalah Bitung – sarana – Ulusiau – Tahuna –
Lirung – Karatung – Miangas – Tobelo – Buli – Gebe – Babang. Selain itu, akses
menuju Pulau Marampit dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan udara dari
Bandara Internasional Sam Ratulangi di Manado menuju Bandar Udara Melonguane
(ibukaota kabupaten Kepulauan Talaud) selama ±1 jam dan dilanjutkan dengan
menggunakan speed boat atau long boat dari Melonguane menuju Pulau Marampit
selama ±4jam.
wing air di Bandara Udara Melonguane
Speed Boad
Pulau Marampit
Pulau ini berbatasan dengan Republik Filipina di sebelah Utara sedangkan sebelah timurnya berbatasan dengan Samudera Pasifik. Pulau Marampit umumnya berupa dataran rendah,
sebagian rawa yang ditumbuhi tanaman talas, sagu, hutan mangrove, gundukan batu
karang/kapur dan tanaman kelapa dengan pasir putih hampir di seluruh pesisir
pantai.Pulau ini dihuni oleh 1.436 Jiwa, dengan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, pegawai
dan nelayan.Kopra, pala, dan buah buahan merupakan hasil bumi yang
diperjualbelikan disana. Sedangkan nelayan menjual ikan-ikan karang ke Karatung
, Ibukota Kecamatan Nanusa. Namun, masyarakat masih kesulitan akan pemasaran
dari hasil bumi mereka. Sebagian hasil bumi hanya digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari dan hanya sebagian kecil yang diperjualibelikan karena kurangnya
sarana pemasaran.Seluruh penduduk Pulau Marampit beragama Kristen Protestan,
yang bernaung dalam organisasi Gereja Masehi Injil Talaud (GERMITA).Organisasi
ini membantu dalam setiap kegiatan masyarakat sebab gereja menjadi tempat
sosialisasi yang sangat efektif. Di masing-masing desa terdapat satu gereja yang
diketuai oleh ketua jemaat.Gereja ini menjadi tempat utama bagi masyarakat di
Pulau Marampit untuk bersosialisasi.
kalau di jakarta terdapat Becak disana juga terdapat becak juga namanya bentor ( becak motor ), *gubrakk* tapi ini terletak di ibukotanya yaitu di Melonguane...
Bentor ( Becak Motor )
perjalanan ane lanjutkan ke TKPnya langsung deh, kita lihat panorama yang muncul di kepulauan Marampit
Pulau Marampit, pigir pulau
Pasir Putih
Subhanallah.. coba saksikan sendiri panorama yang berhasil di foto.. gambar ini di ambil pas perjalanan pulang dari Pulau Marampit ke Ibu kotanya ( melonguane )
Hampir setiap Pulau perbatasan dan tertinggal yang ada di Indonesia masih mengalami yang namanya krisis energi. Di Pulau ini telah tersedia jaringan listrik
PLN. Listrik menyala hanya selama 6 jam, yakni jam 18.00-24.00. Energi yang
dibangkitkan berasal dari pembangkit listrik tenaga diesel atau yang lebih
dikenal dengan genset. Masalah yang sering dihadapi dari Pembangkit ini adalah
asupan untuk bahan bakar genset yang sering terlambat dan mahalnya biaya
penyuplaian bahan bakar ke Pulau, karena letaknya yang jauh dari Ibukota Kabupaten
maupun Ibukota Provinsi. Menurut informasi yang kami dapat dari tokoh
masyarakat dan pemerintah setempat, dengan keadaan listrik menyala selama ±6
jam, maka dalam satu bulan rata-rata masyarakat harus membayar tagihan listrik
kurang lebih sebesar Rp. 8.000,- sampai Rp. 10.000,- untuk kebutuhan rumah
tangga mereka. Diperkirakan saat listik menyala 1 x 24 jam, biaya listrik per
bulan ± Rp. 85.000,-. Penghasilan rata-rata masyarakat yang bekerja sebagai
petani ialah sebesar 1 – 3 juta didapatkan dari hasil panen kelapa yang hanya
3-4 bulan sekali.Sedangkan penghasilan masyarakat yang bekerja sebagai nelayan
tidak menentu.Hal ini dikarenakan, masyarakat masih mencari ikan secara
tradisional, yakni dengan menggunakan kapal kayu dan dayung.Hanya sebagian
kecil dari nelayan yang menggunakan kapal bermotor.
oke sekian dulu sharing dari saya.
Ayo kita semangat untuk memperjuangkan negara kesatuan Republik indonesia.. Tetap Semangat.
Inovation memajukan Masyarakat menuju Kemandirian